Di Jakarta raya ini, hampir semua adalah perlombaan. Berlomba dengan waktu. Berlomba dalam pekerjaan dan karir. Berlomba dalam pencapaian kehidupan. Dan lainnya. Roda berputar lebih laju di ibukota ini.
Satu persamaan anak Jakarta, once in our life, kita pernah bersalah dan terjebak dalam ke-aku-an. “Aku lebih dari yang lain.” Bidangnya aja beda-beda. It might not a heavy narcissism, tapi 1x dalam hidup kita pasti kita pernah pengen menang perlombaan itu. Yang pertama sampai di garis finish. Lebih dari seseorang. Sesimpel, aku lebih tau ini dibanding kamu. Atau aku lebih duluan melakukan ini dibanding kamu. Dengan intonasi yang tentunya kontekstual dengan ke-aku-an.
Mungkin wajar. Proses aktualisasi diri juga mungkin. Kita begitu karena kita pengen di acknowledge keberadaannya. Kalo gue sih bisa maklumin. Yang ga wajar adalah kalau “Aku” muncul terus menerus. Mau jadi pemenang terus. Mau lebih terus. Ini baru annoying.
- 22:02
- 1 Comments